Ketika kami tak mampu berucap lagi, ketika hati kami
bergemuruh menyambut kemenangan, ketika perasaan kami tertusuk-tusuk pasca
kalah, ketika jiwa kami terbata-bata dalam ketidakpastian. mungkin, pada saat itulah
air mata ini sudah cukup melukiskan rasa ini, menggambarkan perasaan ini, berteriak
bebas dalam ruang yang berbeda. Apa daya? Kami hanya supoter yang berteriak
lantang di pinggir lapangan, mendukung dengan penuh semangat, menyampaikan doa
tulus, beharap kado manis. Apalagi jika bukan kemenangan. ya ,kemenangan! Tak
peduli panas terik, hujan lebat, kantong kering,lokasi yang jauh. Sekali lagi,
Itu bukan halangan bagi kami untuk berbondong-bondong mengisi stadion meskipun ancaman
silih berganti menghadang kami.
Entah mengapa jiwa kami terguncang saat tim yang kami dukung
diejek, diremehkan,
dipandang sebelah mata, dan diperlakukan tidak semestinya.
Pada saat itu, amarah kami memuncak, emosi kami bergejolak, dada kami sesak menahan duri-duri tajam yang menghujami
telinga kami, atraksi yang menodai mata kami, rangkaian kata yang menghantui
perasaan kami. kadang kami diam untuk mengalah, tapi tak jarang juga kami
bangkit melawan, melawan sesuatu yang kami anggap penindasan, berdebat semampu
kami, berteriak sekuat tenaga kami, berteguh pendirian mempertahankan harga
diri tim yang kami dukung. Kadang dalam kesendirian, ketika kami lelah. rasanya
ingin kami menangis, dan membiarkan air mata ini menyapu kepedihan kami.
Entah mengapa jiwa kami meledak-ledak, hati kami bersorak,
perasaan kami terangkat ke tempat yang tinggi merasakan bahagia saat tim kami
menang, saat tim yang kami dukung mampu merajai kompetisi, saat tim kami
menaklukan rival, atau saat tim kami menang dengan cara yang dramatis. Pada
saat itu, keharuan menyelimuti tubuh kami, memberikan rasa hangat, memupuk
semangat , dan membuka gembok kebahagiaan
kami. kami lepas dalam sorak sorai, dahaga yang terlunaskan, suara kemenangan
terngiang hingga hanyut dalam lelap bunga-bunga mimpi. Acap kali, saat kami tak
mampu berucap lagi, air mata sudah cukup menggambarkan kebahagiaan kami,
melukiskan dahsyatnya tingakatan kebahagian kami.
Saat tim yang kami dukung dililit masalah, saat itu pula
banyak yang berpaling, mengganti kostum tanpa rasa bersalah. Namun, kecintaan
yang tertanam dalam hati kami justru membuat kami meronta, mendobrak apapun
yang bisa didobrak. Kami selalu berusaha menopang tim yang kami dukung ini. tak
sedikit pengorbanan yang kami lakukan. Uang, harta, tenaga, tak terkecuali diri
kami. supporter bukan hanya yang duduk manis, membanggakan ketika menang dan
bungkam saat kalah. Bersorak sorai saat juara,
berpaling saat tak berdaya. Memuja saat jaya, sementara diam saat
terpuruk, sudah sewajarnya supporter membantu klub yang ia dukung. Mengiringi
perjalanan tim, dan bersama menghadapi segala macam problematika Yang terjadi.
Kami sering dipanggil pemain kedua belas. walaupun, kami tak
pernah dibayar atas apa yang kami lakukan. Jelas berbeda dengan sebelas pemain
yang bermain di lapangan. Meskipun begitu, Sudah cukup bagi kami melihat tim
kesayangan kami berlaga mempersembahkan yang terbaik bagi kami. menang atau
kalah. Sudah barang jadi memang, supporter manapun pasti berharap tim yang didukung meraih kemenangan,
meraih tahta sebagai juara.
Ku persembahkan air mata ini, doa ini, dan semangat ini
untuk klub kesayangan kami.
supporter dari mana aja bung??
sebutkan klub yang kalinan dukung.
no rasis, no anarkis !!